Rabu, 21 September 2016

Muhasabah

Muhasabah berasal dari kata hasiba yahsabu hisab, yang artinya secara etimologis adalah melakukan perhitungan. Dalam terminologi syar’i, definisi muhasabah adalah sebuah upaya evaluasi diri terhadap kebaikan dan keburukan dalam semua aspeknya.
Menjelang pergantian tahun (evaluasi tahunan), ada baiknya kita mengevaluasi diri kita masing-masing, sejauh mana telah melaksanakan perintah Allah dan Rasul-Nya. Sekiranya sudah melaksanakan, maka hendaknya ditingkatkan. Tetapi seandainya belum melaksanakan perintah serta meninggalkan larangan-Nya dan Rasul-Nya, maka harus kembali sadar (yaqdhah) kemudian bertaubat kepada Allah.
Tindakan muhasabah ini memang diperintah Allah dengan firman-Nya yang artinya: ''Hai orang-orang yang beriman takwalah kamu sekalian kepada Allah, dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akherat), dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan''. (QS. al-Hasyr/59:18).
Hadits Nabi saw.: ''Raihlah lima perkara sebelum datang lima perkara, yakni kaya sebelum miskin, muda sebelum tua, senggang sebelum sibuk, sehat sebelum sakit, dan hidup sebelum mati''.
Umur bertambah panjang berarti lebih dekat dengan mati, menemui Allah SWT, tentu harus disertai bekal yang cukup memadai dan seterusnya. Untuk memantapkan muhasbah itu, perlu melakukan hal-hal sebagai berikut:

  1. Muraqabah (pengawasan). Pengawasan dilakukan terhadap lahiriah dan batiniah semua perbuatan kita, seperti keikhlasan dan kesempurnaan amal kita.
  2. Mu'aqabah (sanksi), yakni memberi sanksi kepada diri sendiri, tentu atas dasar manfaat, seperti meninggalkan amal kebaikan diberi sanksi melaksanakan ibadah yang lebih baik, sesuai dengan hadits nabi saw.: ''ikutilah kejelekan atau kejahatan dengan kebaikan, karena amal kebaikan itu bisa melebur dosa, dan pergaulilah manusia dengan akhlak yang bagus''. (HR. Tirmidzi).
  3. Mu'atabah ala al-nafs (mengkritik pada diri sendiri), suatu kritikan yang sesuai dengan standard Alquran dan al-Hadits, seperti mempertanyakan mengapa kamu berbuat kemaksiatan begini dan begitu, mengapa kamu malas, mengapa kamu tidak jujur dan sebagainya.

Ada beberapa manfaat dan keutamaan muhasabah bagi setiap orang yang beriman yaitu :

  1. Diri setiap muslim akan bisa mengetahui akan aib serta kekurangan dirinya sendiri. Baik itu dalam hal amalan ibadah, kegiatan yang memberikan manfaat untuk banyak manusia. Sehingga dengan demikian akan bisa memperbaiki diri apa-apa yang dirasa kurang pada dirinya.
  2. Akan semakin tahu akan hak kewajiban kita sebagai seorang hambaNya dan terus memperbaiki diri dan mengetahui hakekat ibadah bahwasannya manfaat hikmah ibadah adalah demi kepentingan diri kita sendiri bukan demi kepentingan Allah Ta'ala. Karena kita lah manusia yang lemah dan penuh dosa yang memerlukan akan pengampunan dosa-dosa.
  3. Mengetahui segala sesuatu yang kita lakukan di dunia ini, karna suatu saat akan dimintai pertanggungjawabannya di akherat.
  4. Membenci hawa nafsu dan mewaspadainya, dan senantiasa melaksanakan amal ibadah serta ketaatan dan menjauhi segala hal yang berbau kemaksiatan, agar menjadi ringan hisab di hari akhirat kelak.

Intropeksi diri dalam agama adalah bermakna evaluasi diri sebagai salah satu pesan Rasulullah SAW. Dengan sering melakukan muhasabah yang sesungguhnya, ia akan mengetahui berbagai kelemahan, kekurangan dan kesalahan yang ia lakukan. Dengan begitu ia akan mengerti makna sesungguhnya dalam bermuhasabah diri. Kemudian akan memperbaiki kualitas hidupnya, menjadi lebih berakhlak, ikhlas, rendah hati, dan taqarrub kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar